Higlights Februari - From Haiti to MIT

/
0 Comments


Ruang Djelantik Jurusan Arsitektur - “Seni dan teknologi adalah dua hal  yang saling membutuhkan. Teknologi mendukung terciptanya seni, sementara seni sebagai pusat ide terciptanya teknologi,” sebuah perkataan menarik dikeluarkan oleh Ridho Perwiro, alumni mahasiswa Arsitektur ITS serta pembicara, ketika membuka acara Share and Report : Vulnerable and Sophiticated Architecture, Jumat (15/2) silam.

Betapa eratnya hubungan antara seni dan teknologi mengakibatkan kedua hal itu tidak dapat dipisahkan khusunya dalam penciptaan sebuah karya arsitektur. Beberapa hal yang berhasil ia tangkap dari penciptaan karya arsitektur yang menggabungkan maupun tidak kedua unsur tersebut dibuktikan dengan sepenggal pengalaman yang ia alami selama bertugas di lokasi gempa Haiti 2012 dan kunjungannya ke School of Architecture and Planning, Massachusetts Institute of Technology (MIT) US.

Ketika berkunjung ke Haiti, ia menyadari bahwa jatuhnya korban yang tidak sedikit pada bencana gempa bumi merupakan suatu gambaran bagaimana bila teknologi tidak dikombinasikan pada seni bangunan di sana. Hasil amatan lapangan menunjukkan bahwa konstruksi bangunan yang digunakan warga Haiti cenderung apa adanya. Bahkan dengan alasan penghematan biaya, pendirian atap hanya menggunakan bata sejenis batako yang dicor sedikit. Semakin diperparah dengan kualitas material yang buruk sehingga bisa dikatakan bahwa bangunan di sana tidaklah layak dari segi kekokohan yang tentu mengancam keselamatan penghuninya.


Sangat kontras keadaannya ketika ia berkunjung ke sekolah arsitektur di MIT. Sebuah hal menakjubkan ia temukan ketika berkunjung ke Media Lab milik sekolah arsitektur bahwa seni dan teknologi sudah diterapkan secara bersamaan dalam karya arsitektur. Kedua unsur tersebut sama-sama dipikirkan secara matang sehingga karya yang dihasilkan pun tidak lagi terkotak-kotak antara seni dan teknologi. Pengerjaan karya arsitektur yang meleburkan dua unsur tersebut ternyata mampu mengumpulkan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu untuk bertukar pikiran dan berdiskusi. Hasilnya sebuah karya arsitektur yang mengagumkan mampu dihadirkan serta membuat banyak khalayak berdecak kagum dengan ide yang dimunculkan.


Berangkat dari pengalamannya ketika berkunjung ke MIT, Ridho melihat adanya sebuah celah potensi bagi ITS untuk mampu menerapkan hal yang serupa melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM). Dari kegiatan PKM ini lah, mahasiswa diharapkan dapat terpacu untuk dapat menciptakan karya-karya baru yang berbasis seni dan teknologi. (ins)


You may also like

No comments:

Majalah ARCHISPACE ITS 2014. Powered by Blogger.