BANDUNG--Senusantara menantikan ajang spektakular ini. Hampir secuil besar masyarakat Jawa barat menunggu tibanya hari ini. Dan tentunya, seluruh mahasiswa seni, berharap cemas dengan festival ini.

Yes, penantian empat tahun memang benar-benar terbayar dengan kemeriahan dan gemerlap segala yang ada di dalamnya. Langsung dari kota milik Ridwan Kamil, Bandung, tim ARCHISPACE juga ikut menikmati atmosfer warna ungu-kuning di Pasar Seni ITB 2014 atau PS ITB 2014.





Event itu semerta-merta jadi magnet yang menarik antusias pengunjung dari seluruh penjuru negeri, serta dari berbagai kalangan. Mereka berdatangan berbondong-bondong menikmati puluhan sajian yang begitu mempesona. Mulai dari pameran lukisan berbagai seniman lokal dan nasional, pameran seni teknologi oleh berbagai komunitas di Bandung dan sekitarnya. Belum lagi deretan stan fakultas seni dari universitas se-Indonesia, juga puluhan sponsor dan media partner yang mendukung kesuksesan pesta besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini.


Kemarin, Minggu, 23 November 2014, menjadi hari sakral bagi kampus berlogo gajah di Ibukota Provinsi Jawa Barat itu. Acara dimulai dengan soft opening oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dan diikuti performance di main stage depan. Saat itu juga, semua wahana dibuka. Begitu pula dengan semua stan yang tertata begitu sistematis mengikuti alur penataan gedung dan sirkulasi jalan di dalam area kampus ITB itu.

Mulai dari jam 06.00 sampai 19.00, para pengunjung sangat terpuaskan dengan puluhan sajian yang terbagi jadi enam stan. Mulai dari panggung utama, Kampung Intim, jamming area, performance art, Kompleks Karya Raya, dan pawai. Totalnya, ada 67 pertunjukan dan stan tersebar di Pasar Seni. That’s why, pengunjung bisa dibuat kebingungan membagi waktu, atau bahkan tubuhnya, untuk memilih pameran yang bakal dinikmati terlebih dahulu.

Meski hujan sempat mewarnai hari itu, tak sedikitpun antusias ribuan pengunjung berkurang. Mereka datang dan pergi, bahkan rela berputar-putar berkali-kali di seluruh penjuru kampus demi memanjakan mata dan menukar isi dompet dengan berkantong-kantong barang unik dan lucu yang tertata sekian banyak dari berbagai jenis, bentuk dan keunikan. 


Ratusan pengunjung yang datang begitu beragam, mulai dari anak kecil usia sekolah, mahasiswa dari berbagai universitas se-Indonesia, hingga orang-orang paruh baya berlatar belakang seniman atau budayawan maupun masyarakat awam biasa. Semuanya datang dari daerah yang juga beragam pula, mulai dari daerah di sekitar ITB dan Bandung, Jakarta, Bogor, hingga lintas provinsi seperti Jogjakarta hingga Surabaya. Semua rela jauh-jauh datang ke ITB untuk menikmati perhelatan akbar empat tahun sekali ini dan merasa sangat terpuaskan dengan semua yang ada di dalam festival yang dimotori oleh mahasiswa FSRD ITB ini





Ignantius Gerry Apriyan, nama dibalik kesuksesan festival maha megah di akhir bulan November ini, adalah ketua panitia dari Pasar Seni ITB 2014. Mahasiswa jurusan seni rupa ini telah mempersiapkan acara sehari penuh ini sejak setahun yang lalu dengan pasukan berjumlah tiga ratus manusia di belakangnya. Tak ayal, meski sempat terganggu faktor cuaca, namun tak menyurutkan animo pengunjung yang semakin bertambah sampai hari berangsur petang.

“Nggak nyesel pokoknya belain jauh-jauh kesini demi menikmati semua yang ada disini” komentar Aditya, mahasiswa jurusan seni rupa Institut Seni Indonesia begitu menikmati hiruk pikuk pengunjung dari stan kampusnya di barisan jurusan seni.

Selain itu yang menjadi poin paling menarik bagi para pengunjung adalah stan kuliner dan cinderamata. Melewati barisan stan ini berarti siap berdesakan dengan ratusan pengunjung lainnya demi menikmati produk-produk mereka.

Hal unik yang juga menjadi poros perhatian pengunjung adalah beberapa marka di banyak spot yang berfungsi sebagai photo booth dengan efek 3D. Benda itu hanya bisa dinikmati oleh smartphone dengan aplikasi yang telah disediakan khusus oleh panitia Pasar Seni ITB, yakni Mata-Mata Pasar Seni ITB. Lewat inovasi ini, Pasar Seni ITB menunjukkan kalau dunia seni nggak selalu kuno dan imajinatif. Seni tidak semerta-merta melupakan kondisi kita kini. Ya, kondisi yang sudah masuk ke era digital dengan manusia-manusia nunduk penghuninya. Spot menarik ini jelas menambah ketertarikan pengunjung pada festival agung ini. Epic!





Di penghujung acara, semua stage kecil telah berakhir. Seluruh pengunjung diarahkan menuju main stage untuk menikmati konser penutupan lalu kemudian kembali ke stage depan untuk menikmati closing secara simbolis, yakni tarian teatrikal dengan tema senada dengan tema umum pasar seni ke-44 ini. Acara empat tahunan yang diadakan sejak tahun 1972 dan telah diberitakan oleh beberapa media lokal dan nasional ini berhasil membuat para pengunjung menanggung letih namun puas dengan sehari penuh jalan-jalan di pasar. (din)


FOTO: Ihdina S.
Majalah ARCHISPACE ITS 2014. Powered by Blogger.