Arsitektur dan Artistic Form

/
0 Comments
Bagi sebagian orang, arsitektur identik dengan bangunan modern yang dipasangi panel-panel kaca dan menerapkan bentukan geometri yang rumit. Semakin unik, maka semakin bagus. Artisitik, katanya. Apakah seperti bangunan di bawah ini :

MAXXI - Rome, Italy (Zaha Hadid)
www.nileguide.com

8 House - Copenhagen, Denmark (BIG)
http://www.pentaxforums.com

Atau justru cukup hanya bangunan yang dihasilkan dari bentukan sederhana, namun sesungguhnya sarat akan makna ?

Silodam - Houthavens, Amsterdam
tallerarquitectura3b.blogspot.com

Kebanyakan orang mungkin akan menilai Silodam sebagai bangunan yang sangat membosankan. Sekilas terlihat seperti balok raksasa yang sisinya dipercantik dengan permainan warna. Bahkan mungkin banyak orang berpikiran, bahwa tidak perlu menjadi seorang arsitek untuk mendesain bangunan ini. Penilaian berbeda mungkin akan diberikan terhadap dua bangunan teratas, dimana saat pertama melihat kita akan dibuat terkagum-kagum dengan permainan bentuk yang diterapkan. Rasanya predikat arsitektur jauh lebih pantas disematkan pada MAXXI dan 8 House. Disinilah kita seharusnya kembali berpikir, apakah selamanya arsitektur hanya dinilai dari bentukan luar semata ?
Jika berusaha melihat sedikit sejarah, bangunan legendaris sekelas Villa Savoye pun nyatanya adalah sebuah bangunan yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Penghuni merasa tidak nyaman di dalam rumahnya sendiri. Setelah ditinggalkan,Villa Savoye bahkan sempat menjadi kandang hewan ternak dan terancam dirobohkan. Hal ini tentu mengejutkan, dimana selama ini kita diarahkan kepada pemikiran akan kesempurnaan perwujudan arsitektur Modern dalam bangunan ini. Dalam kasus ini kemudian kita mendapat cerita bahwa Le Corbusier, arsitek dari Villa Savoye, ternyata memilih untuk mengabaikan keluhan dari penghuni rumah yang dituangkan dalam surat bertanggal September 1937 ini :


A letter from Madam Savoye to Le Corbusier 
“It’s raining in the hall, it’s raining in the ramp, the wall of the garage is absolutely soaked. What’s more, it’s still raining in my bathroom, which floods every time it rains.” (http://theaccidentalparisienne.wordpress.com/tag/villa-savoye)

Le Corbusier menolak untuk melakukan perbaikan terhadap struktur maupun sistem mekanikal di dalam bangunan, hanya demi mempertahankan bentuk yang telah ia pilih sebagai signature akan gagasannya atas arsitektur modern.
Villa Savoye - Poissy, France
www.archdaily.com

Jika begini, apakah arsitektur selamanya hanya merupakan perwujudan ego dari perancangnya ? Sebuah signature raksasa yang kemudian dipamerkan ke seluruh penjuru dunia ? Semua tentu kembali kepada tujuan kita nanti, ingin menjadi arsitek seperti apa ? Namun alangkah baiknya jika kita bisa memaknai arsitektur sebagai sebuah rancangan yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan dari penghuninya serta mempu merespons lingkungan yang ada diluarnya. Tidak sekedar bangunan yang didirikan tanpa pernah bertanggungjawab terhadap kondisi sekitar yang telah lebih dulu ada. Tentu akan memberi nilai lebih jika para arsitek mampu mengolahnya menjadi sebuah rancangan yang menarik dan memberikan pengaruh positif. Karena katanya, kecantikan yang sempurna adalah kombinasi dari inner beauty dan outer beauty.
Selamat merancang ! (adn)


Tulisan berdasarkan diskusi acara Pamer Karya, 1 November 2013, program kerja Departemen Seni dan Olahraga HIMA Sthapati Arsitektur ITS yang bertemakan Artistic Form.


You may also like

No comments:

Majalah ARCHISPACE ITS 2014. Powered by Blogger.