November ini, teman-teman dari HIMA STHAPATI bakal punya acara yang diberi judul ‘ndangak’ dengan tema Vertical City. Nantinya akan ada diskusi, pertunjukan musik dan bazaar.
Ada baiknya jika kamu sudah menyiapkan bahan, ide, atau  pertanyaan untuk sesi diskusi nanti agar wawasanmu tentang Vertical Citybertambah. Bagi yang belum punya bayangan apakah Vertical City itu, just search:Vertical City’ everywhere on the internet!
Mari kita lihat beberapa gambar yang saya temukan di Instagram ini:  


    
 



Berikut adalah gambar kota-kota dengan gedung-gedung tinggi yang berdekatan satu sama lain, sebut saja: Dubai, New York, Singapura, dan Hongkong. Sebuah daftar kota-kota kelas atas yang menjadi pusat perekonomian dunia. Kota yang penuhskyscraper yang digunakan untuk kantor, hotel, apartemen, plaza, dan lain-lain. Itukah definisi ‘Vertical City’ yang sebenarnya?
Mari beralih ke gambar ini:

Ini adalah gambar sebuah daerah kumuh di Rio de Janeiro, Brazil. Banyak bangunan yang berdiri  di atas tanah berkontur sehingga sebuah kota bisa terlihat seolah-olah meninggi. Karena kota Rio de Janeiro terletak di daerah perbukitan, inikah yang disebut ‘Vertical City’?


Lalu cermati gambar ini, sebuah kompleks apartemen yang banyak orang hidup ‘di atas’ orang lain. Orang-orang tersebut tentunya akan lebih sering bertatap muka secara vertikal daripada horizontal. Inikah yang dimaksud ‘Vertical City’?





Nah, dari gambar-gambar tadi, semoga ada sedikit bayangan tentang vertical city.Jika kamu tertarik, silakan datang dan pantau terus informasi dari HIMA STHAPATI, karena tempat dan waktu masih dirahasiakan. Simpan rasa ingin tahumu untuk ‘ndangak’! (wik/ers)

Bagi sebagian orang, arsitektur identik dengan bangunan modern yang dipasangi panel-panel kaca dan menerapkan bentukan geometri yang rumit. Semakin unik, maka semakin bagus. Artisitik, katanya. Apakah seperti bangunan di bawah ini :

MAXXI - Rome, Italy (Zaha Hadid)
www.nileguide.com

8 House - Copenhagen, Denmark (BIG)
http://www.pentaxforums.com

Atau justru cukup hanya bangunan yang dihasilkan dari bentukan sederhana, namun sesungguhnya sarat akan makna ?

Silodam - Houthavens, Amsterdam
tallerarquitectura3b.blogspot.com

Kebanyakan orang mungkin akan menilai Silodam sebagai bangunan yang sangat membosankan. Sekilas terlihat seperti balok raksasa yang sisinya dipercantik dengan permainan warna. Bahkan mungkin banyak orang berpikiran, bahwa tidak perlu menjadi seorang arsitek untuk mendesain bangunan ini. Penilaian berbeda mungkin akan diberikan terhadap dua bangunan teratas, dimana saat pertama melihat kita akan dibuat terkagum-kagum dengan permainan bentuk yang diterapkan. Rasanya predikat arsitektur jauh lebih pantas disematkan pada MAXXI dan 8 House. Disinilah kita seharusnya kembali berpikir, apakah selamanya arsitektur hanya dinilai dari bentukan luar semata ?
Jika berusaha melihat sedikit sejarah, bangunan legendaris sekelas Villa Savoye pun nyatanya adalah sebuah bangunan yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Penghuni merasa tidak nyaman di dalam rumahnya sendiri. Setelah ditinggalkan,Villa Savoye bahkan sempat menjadi kandang hewan ternak dan terancam dirobohkan. Hal ini tentu mengejutkan, dimana selama ini kita diarahkan kepada pemikiran akan kesempurnaan perwujudan arsitektur Modern dalam bangunan ini. Dalam kasus ini kemudian kita mendapat cerita bahwa Le Corbusier, arsitek dari Villa Savoye, ternyata memilih untuk mengabaikan keluhan dari penghuni rumah yang dituangkan dalam surat bertanggal September 1937 ini :


A letter from Madam Savoye to Le Corbusier 
“It’s raining in the hall, it’s raining in the ramp, the wall of the garage is absolutely soaked. What’s more, it’s still raining in my bathroom, which floods every time it rains.” (http://theaccidentalparisienne.wordpress.com/tag/villa-savoye)

Le Corbusier menolak untuk melakukan perbaikan terhadap struktur maupun sistem mekanikal di dalam bangunan, hanya demi mempertahankan bentuk yang telah ia pilih sebagai signature akan gagasannya atas arsitektur modern.
Villa Savoye - Poissy, France
www.archdaily.com

Jika begini, apakah arsitektur selamanya hanya merupakan perwujudan ego dari perancangnya ? Sebuah signature raksasa yang kemudian dipamerkan ke seluruh penjuru dunia ? Semua tentu kembali kepada tujuan kita nanti, ingin menjadi arsitek seperti apa ? Namun alangkah baiknya jika kita bisa memaknai arsitektur sebagai sebuah rancangan yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan dari penghuninya serta mempu merespons lingkungan yang ada diluarnya. Tidak sekedar bangunan yang didirikan tanpa pernah bertanggungjawab terhadap kondisi sekitar yang telah lebih dulu ada. Tentu akan memberi nilai lebih jika para arsitek mampu mengolahnya menjadi sebuah rancangan yang menarik dan memberikan pengaruh positif. Karena katanya, kecantikan yang sempurna adalah kombinasi dari inner beauty dan outer beauty.
Selamat merancang ! (adn)


Tulisan berdasarkan diskusi acara Pamer Karya, 1 November 2013, program kerja Departemen Seni dan Olahraga HIMA Sthapati Arsitektur ITS yang bertemakan Artistic Form.
Majalah ARCHISPACE ITS 2014. Powered by Blogger.