Siola, Dulu dan Kini

/
0 Comments

dwinurdadi.blogspot.com


Berkendara dari Jalan Praban menuju Jalan Genteng Kali ataupun dari Jalan Gemblongan ke arah Tunjungan, perhatian kita pasti langsung tertuju ke sebuah gedung mewah bergaya kolonial yang tampak mencolok di perempatan jalur tersebut. Gedung yang lebih

akrab kita kenal sebagai Siola ini kini telah berganti nama menjadi Tunjungan City. Meskipun telah mengalami proses peremajaan dan tampil lebih segar, kesan megah yang telah melekat pada bangunan ini sejak zaman kolonial masih terasa hingga kini.

Sejarah bangunan yang konon disebut-sebut sebagai gedung terindah di Hindia-Belanda ini dimulai sejak didirikan pada tahun 1923. Gedung ini awalnya merupakan fashion store yang diberi nama Whiteaway Laidlaw dan dikelola oleh pengusaha asal Inggris. Cabang-cabangnya sendiri sudah lebih dulu ada di beberapa kota di berbagai negara.
Gaung ketenaran toko ini tetap terjaga walaupun pada pergantian penjajahan di tahun 1943 dari bangsa Belanda ke bangsa Jepang. Pada masa penjajahan Jepang, toko tersebut diambil alih oleh pengusaha Jepang dan diberi nama Chiyoda (yang saat ini terkenal dengan nama merk lampu).

Hampir beberapa tahun gedung Chiyoda dibiarkan tak terurus atau istilah Surabaya-nya “mangkrak” di pojokan Jalan Tunjungan. Sekitar akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an gedung ini direstorasi dan kejayaannya dimunculkan kembali dengan diberi nama Siola. Konsep penjualan yang ditawarkan sama dengan konsep penjualan mall. Jadi, Siola bukan terdiri dari toko-toko tapi satu mall yang menjual lengkap kebutuhan masyarakat Surabaya. Saat itu, Surabaya hanya mengenal konsep jual-beli pasar tradisional. Hadirnya konsep jual beli yang ditawarkan oleh Siola membuat kejayaan sejarah gedung ini kembali terulang.

Pada awal tahun 90-an, Siola mendapat saingan baru yang bermunculan satu per satu dengan konsep yang sama dan penawaran yang lebih menarik. Kejayaan Siola mulai redup dan akhirnya bangkrut. Sekitar tahun 2000-an Siola diganti dengan Ramayana, akan tetapi istilah Siola tetap ada dalam hati arek Surabaya.


Hingga kini, Siola menjadi landmark tersendiri bagi Kota Surabaya khususnya kawasan Tunjungan. (*)


You may also like

No comments:

Majalah ARCHISPACE ITS 2014. Powered by Blogger.